Review disukusi pemberian Pemahaman Perbedaan Gender Pada Anak
Memberikan
Pemahaman Perbedaan Gender Pada Anak
Presentasi dan diskusi dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus 2019
Presentasi dan diskusi dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus 2019
Diskusi
tentang fitrah seksualitas dengan tema pertama adalah Pemahaman Perbedaan
Gender, semakin membuka wawasan saya akan pentingnya penyampaian informasi
tentang gender kepada anak, tentunya dengan cara yang tepat dan sesuai usianya.
Agar tuntas fase ini di usia nya sehingga tidak menimbulkan PR bagi kita semua
di kemudian hari.
Menurut
Santrock (2011), identitas gender merujuk pada penghayatan seseorang terhadap
gendernya, termasuk pengetahuan, pemahaman, dan penerimaan menjadi seorang pria
atau wanita (Egan&Perry, 2011). Namun kebanyakan masyarakat menganggap
bahwa gender adalah perbedaan kelamin saja. Gender dan kelamin memiliki
perbedaan, yaitu:
1.Gender
bisa berubah, sedangkan kelamin tidak
2.Gender
bergantung pada budaya yang ada di setiap daerah, sedangkan kelamin tidak
bergantung pada itu
3.Gender
adalah penilaian masyarakat dan bukan kodrat tuhan, sedangkan kelamin merupakan
kodrat tuhan
Kita tentu tahu bahwa gender berbeda dengan
jenis kelamin. Jika jenis kelamin mengacu pada hal-hal yang sifatnya biologis,
gender lebih luas lagi. Gender dibentuk oleh lingkungan, adat istiadat, serta
budaya. Gender lebih mengacu pada perbedaan antara laki-laki dan perempuan
berkaitan dengan perilaku, sifat, dan tanggung jawab]
Pemahaman
gender akan berbeda beda dalam tiap individu/keluarga/masyarakat, Tergantung
kebiasaan dan pendidikan /bekal nya. Semisal lelaki di keluarga A biasa dididik
keras kaku, tidak menyentuh pekerjaan wanita, Laki2 B biasa di didik di
masyarakat yg mengerjakan pekerjaan mencari nafkah, dan pekerjaan rumah tangga,
Lelaki C yang dari kecil mendapatkan contoh/figur lelaki yg melambai di
rumahnya.
Teori
Psikoseksual oleh Sigmund Freud
1.
Fase Oral (usia 0 – 1 tahun)
Sumber
utama kenikmatan bayi didapatkan dari mulutnya, entah itu puting payudara ibu
atau dari botol susu. Jadi, sangat penting untuk memerhatikan kebiasaan bayi
pada tahap ini. Mereka belajar tentang kenyamanan, keamanan dan kepuasan
melalui stimulasi oral.
Kegagalan
dalam tahap ini, misalnya karena anak tidak mendapatkan kepuasan terhadap
rangsangan oral, bisa mengakibatkan kebiasaan buruk hingga dewasa, seperti
kebiasaan makan dan minum yang berlebihan, kebiasaan menggigit kuku atau
penghapus hingga merokok.
2. Fase Anal (usia 1 – 3 tahun)
Pada
fase anal, fokus utama orangtua adalah mengajari anak tentang pengendalian
kandung kemih dan buang air besar. Ya, mereka belajar tentang pengendalian
kebutuhan tubuhnya. Apabila berhasil dalam fase ini, dampak positifnya adalah
anak memahami kemandirian dan tanggung jawab. Pendekatan yang bisa Anda lakukan
adalah mengenalkan anak pada toilet training. Ajarkan mereka bagaimana cara
membiasakan buang air kecil di kamar mandi, menghindarkan anak dari kebiasaan
ngompol dan penggunaan popok. Terlalu ketat atau keras dalam fase ini, bisa
menumbuhkan sikap kaku dan keras kepala kepada anak. Terlalu santai hingga anak
terbiasa pipis sembarangan dan mudah ngompol, bisa menumbuhkan sikap boros dan
ketidakteraturan dalam hidup anak. Namun jika Anda berhasil dalam melaksanakan
fase ini, anak akan tumbuh menjadi dewasa yang produktif karena terbiasa
mandiri dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan tubuhnya.
3.
Fase Phalic (usia 3 – 6 tahun)
Pada
fase ini, anak-anak menganggap kenikmatan terbesar ada pada alat kelaminnya.
Inilah yang terjadi pada anak yang suka memegang dan memainkan alat kelamin.
Tidak hanya itu, Freud juga menambahkan bahwa di fase ini anak-anak cenderung
mencari rasa kasih sayang dari orangtua berlawanan jenis. Anak perempuan merasa
iri dengan ibunya dan ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari ayahnya.
Sedangkan, anak laki-laki tidak suka apabila sang ayah memiliki ibunya
sepenuhnya. Contoh kegagalan dalam menangani masalah pada fase ini adalah
lesbian pada perempuan atau homoseksual pada laki-laki.
4.
Fase Latent (usia 6 – 13 tahun)
Pada
usia ini, seharusnya anak sudah tak lagi memegang dan memainkan alat
kelaminnya. Karena fokusnya mulai bergeser pada hal-hal yang bersifat nonseksual,
seperti ketrampilan, intelektual dan hubungan dengan teman sebaya. Oleh karena
itu, Anda disarankan untuk mengeksplorasi kemampuan berpikir dan sosialnya
karena anak menjadi lebih mudah dalam mempelajari sesuatu dibandingkan sebelum
dan sesudah masa ini.
5.
Fase Genital (usia 13 – dewasa)
Fase
ini berlangsung hingga seseorang dewasa dan tutup usia. Pada masa awal, hasrat
seksual muncul kembali dan merupakan hasil dari pengolahan pada fase oral,
anal, phalic dan latent. Seperti Anda ketahui, remaja akan coba-coba untuk
mendekati lawan jenisnya. Namun, masih ada rasa malu di sana. Sehingga,
terjadilah cinta yang biasa disebut dengan cinta monyet.
Anak
sudah bisa dikenalkan dengan konsep gender sejak usia 15 bulan. Kita sebagai
orang tua harus pintar pintar mengkomunikasikan, memberikan informasi pemahaman
yang tepat kepada anak tentang perbedaan gender ini, secara jelas bukan
ngambang, diikuti dengan ayat ayat AL QURAN yang sudah jelas tertera dalam AL
QURAN. Tentunya penanaman *iman dan tauhid* kepada anak anak adalah hal paling
utama, karena hanya dengan iman dan tauhid kepada ALLAH , insyaa ALLAH
pemahaman gender akan lebih mudah dan insyaa ALLAH akan terjaga baik untuk
bekal seumur hidupnya.
Untuk review
presentasi dan diskusi kelompok 1 dengan tema Pemahaman Perbedaan Gender,
menurut saya cukup bagus, ringkas, padat dan berbobot. Kelompok 1 memulai
diskusi dengan baik, begitu juga dengan antusias teman teman lain yang
mengikuti diskusi kelompok. Pertanyaan yang muncul sebelum diskusi live sebanyak 6 pertanyaan ditambah dengan pertanyaan ketika live diskusi. semua pertanyaan dan tanggapan semakin menambah ilmu kita, untuk hal hal yang sangat mendasar tapi sangat
vital dalam hal pendidikan pemahaman perbedaan gender ini.
Komentar
Posting Komentar