Kesetiaan Lima Purnama
(have been posted at Kamis, 24 Juni 2010)
Butiran pasir pantai begitu indah ketika ombak menyapanya
Sama halnya dengan senyuman Daniya yang begitu manis
Ketika hari berganti hari dia tetap setia menanti dan memandangi Bintang dari kejauhan
Meski terkadang rasa rindunya pada Bintang tak terbendung lagi
Tapi tetap saja, Daniya tak boleh egois
Ia yakin, Bintangnya tengah menjelajahi dunia untuk bersinar
Tiap malam dia hanya berdoa, bahwa Bintang akan baik2 saja
Meski pula, tak jarang dia terbangun karena mimpi buruknya akan Bintang
Lalu dia hanya menitipkan doa pada para malaikat agar selalu menjaga Bintang
Peri-periku, jagalah Bintang
Meski aku tak bisa menyapanya sesering dulu, aku yakin Bintang akan datang
Bintang sedang melukis garis edarnya yang indah
Tanpa aku disisinya seperti dulu,
Tapi Bintang pernah bilang bahwa aku dan Bintang akan bertemu lagi, pasti aku bisa meneminya lagi, “pikir Daniya”
Purnama pertama dia laluinya dengan keyakinan yang sama
Dengan kerapuhan yang sama sekali tak dihadirkannya, meskipun mulai menyebar di nadinya
Tapi dia tetap yakin
“Kak, apa Bintang baik-baik saja”, Tanya Daniya pada kakaknya
“Percayalah, dia baik-baik saja, peri-peri dan malaikat akan menjaganya,seperti engkau menjaga ketulusan kasihmu pada Bintang” sang kakak menjawab
Lalu Daniya tersenyum, terima kasih peri, beri aku kekuatan untuk menjaga ketulusan ini, agar engkau tetap menjaga Bintang lebih dari aku menjaga ketulusanku pada Bintang.
Malam malam berikutnya, Daniya menatap langit, dan hanya bisa menatap Bintang dari kejauhan,
“Bintang, apa kau baik-baik saja, aku sangat merindukanmu, apakah kau juga merindukanku”
Daniya berbisik pada bulan, “Bulan, tolong sampaikan sayangku pada Bintang ya”, begitulah hampir di setiap malam, dia membisikkan kata yang sama pada bulan sebelum akhirnya dia tertidur diantara kelelahan penantian yang selalu tak diakui oleh dirinya sendiri, “aku tidak lelah karena ketulusan dan sayangku memberiku kekuatan, aku yakin Bintang juga seperti itu, aku masih ingat senyum Bintang di malam itu, senyum yang membuatku tak ingin melirik Bintang yang lain, Bintang kejora…”
Purnama kedua,
“Kak, kenapa Bintang tak kunjung datang, aku ingin mengajaknya bermain”
Dengan sabar sang kakak menjawab “ Apa kau sudah menyapanya?”
“Sudah kak, tapi sepertinya Bintang tidak mendengarnya, sedangkan aku sangat merindukannya, tapi Daniya gak boleh egois, bukankah Bintang tengah bersinar, membuat garis edarnya yang indah”
“Sapa Lah dia, pasti dia tersenyum”
“Apa dia akan datang? Mengajakku bermain?”
“Daniyaku, Ketulusanmu begitu kuat sayang, jangan pernah kau ragu itu”
Daniya hanya diam, tersenyum dan menggumam, “Aku tak ingin Bintang marah lagi padaku, aku akan menunggunya datang, aku akan berdoa, dan menjaga semua yang ada diantara aku dan Bintang, seberapa besar ketulusan ini, sebesar itulah keyakinanku akan kedatangan Bintang”.
Begitulah, malam demi malam penantian Daniya pada Bintang, karena hanya pada malam hari dia bisa berjumpa dengan Bintang pastinya.
Disuatu malam, Daniya pun menyapanya, dan Bintang menjawab dengan kerlingannya, kita pasti akan bertemu,
Daniya tersenyum, terima kasih malaikat, peri dan bulan, atas jawaban Bintang.
Ketulusan sayang Daniya, begitu kuat membuat dia tak pernah lelah menjaga semua diantara Daniya dan Bintang.
Purnama ketiga
Masih sama, Daniya tak ingin mengganggu Bintang, dia hanya bisa menatapnya tiap malam,
Dan berdoa bahwa suatu saat Bintang akan datang
Purnama keempat
Daniya bukan angsa yang bisa terbang dengan anggun, bukan pula kunang-kunang yang terbang dengan cahayanya yang indah di malam hari, tapi dia hanya ingin jadi seekor penguin, yang seumur hidupnya hanya akan setia pada satu pasangannya.
Daniya tak sempurna, dia sempat merasa lelah dan putus asa, tetesan2 air mata tiba2 mengiringi di setiap doa yang dia kirimkan untuk Bintang,
“Bintang, apa kau tak merasa ini cukup lama, aku tak sekuat engkau Bintang, datanglah kumohon…”
“Kak, kenapa Bintang perginya lama sekali, apa dia masih seperti dulu, apa kabar dia, bahagiakah dia, apa dia merindukanku, seperti aku merindukannya seperti ini”.
Sang kakak tak bisa lagi menjawab setiap pertanyaan Daniya, dia hanya bisa menatanya dalam hati saja “ Daniya, betapa kuatnya engkau dalam penantianmu, menjaga ketulusanmu menunggu kedatangan Bintangmu lagi”
“Daniya, tak ada yang sia-sia dengan sebuah ketulusan, percayalah, jika kau menjaganya dengan baik, maka kasih sayangmu akan terjaga dengan baik pula”
Purnama kelima,
“ Kakak, Periku dan malaikatku, ijinkan aku terbang menemui Bintangku, meski sayapku rapuh, meski aku bukan malaikat yang bersayap, tapi aku punya ketulusan yang kujaga dengan baik, aku ingin menemui Bintang, jika memang Bintang tak bisa lagi kutemui, ijinkan aku sekali saja, aku sungguh sangat merindukannya, kumohon”.
Daniya pun menyapa Bintang dengan kelelahan yang telah disembunyikan dengan apik, dengan keputusasaan yang selalu dia samarkan dengan hiasan senyuman bunga di wajahnya.
Malaikatpun mengijinkan pertemuan itu.
Bintang dan Daniya, di malam yang begitu singkat,
Senyum Bintang yang dirindukan Daniya datang di malam itu,
“Terima kasih peri, aku ingin malam ini tak berganti pagi, aku mohon, aku ingin melihat Bintang lebih lama, peri kau pasti tahu seberapa besar rinduku pada Bintang, aku tak ingin detik waktu berjalan, untuk malam ini saja, aku ingin bersama bintang lebih lama lagi”
Tapi tak mungkin,
Daniya menatap Bintang begitu dekat tapi begitu singkat.
Daniya pun terduduk lemas, tetesan demi tetesan air mata Daniya tak bisa dibendung lagi setelah Bintang menemuinya.
“Bintang, kenapa engkau berpikir aku telah melupakanmu, bagaimana mungkin ini bisa kulakukan, sementara tiap malam aku hanya bisa berdoa untukmu, dan meminta peri untuk menjagamu, seperti aku memohon malaikat untuk membantuku menjaga ketulusan ini”
“Bintang…… “
satu kalimat yang ingin diucapkan Daniya pada Bintang hanya tertahan sampai di tenggorokan, tergantikan gerakan tangan yang mewakilinya.
“Bintang, masih kah kau akan datang lagi” teriak hati Daniya.
“Peri, bolehkah aku tetap menjaga semua ini, dan menanti kedatangan Bintang lagi”
“Jangan kau paksa aku untuk menerima kedatangan Bintang lain, aku tak bisa, jangan kau paksa aku untuk melupakan semua, aku tak sanggup.”
Daniyapun menutup matanya setelah Bintang pergi dan mataharipun hampir datang, dengan doa dan harapannya “Daniya akan tetap menjaga semua ini, Daniya akan tetap setia dengan semua ini, Daniya akan tetap menanti semua ini, Bintang, Daniya yakin, kau masih Bintangku yang dulu, jika suatu saat Daniya harus memohon, Daniya akan memohon, karena ini semua datangnya dari ketulusan, dengan satu alasan “Daniya ingin Bintang bahagia”, tapi bagaimana jika memang Bintang hanya bisa bersinar lagi jika harus tanpa Daniya disisinya, mampukah Daniya melewati semua ini”, Daniya pun menutup matanya, mata yang sembab antara tangis kebahagiaan bertemu dengan Bintang, dan tangis penyesalan kenapa justru Bintang merasa kecewa dengan semua yang Daniya lakukan demi kebahagiaan Bintang. Sebelum mata itu tertutup ketika lirikan matahari hampir tiba, Daniyapun memohon “ masih kah Daniya punya kesempatan kedua untuk bahagia bersama Bintang, Daniya memohon”
Sang kakakpun menangis, “Daniya, percayalah ketulusanmu tidak akan pernah sia-sia, kesetiaanmu lima purnama ini hanyalah ujian setelah semua kebersamaan yang telah kalian lalui selama ini, jika kalian mampu melewati semua ini, ini adalah awal kebahagiaan kalian.”
Daniya ku sayang, tetaplah tersenyum, kesetianmu ini tak akan sia-sia, apapun yang akan terjadi. kau dan Bintang, kalian sama-sama akan bahagia, tapi semua itu hanya akan terjawab, setelah kalian melewati semua ini.
Tidurlah sayang, tidurlah dengan mimpi yang indah, untuk kehidupanmu esok hari.
Butiran pasir pantai begitu indah ketika ombak menyapanya
Sama halnya dengan senyuman Daniya yang begitu manis
Ketika hari berganti hari dia tetap setia menanti dan memandangi Bintang dari kejauhan
Meski terkadang rasa rindunya pada Bintang tak terbendung lagi
Tapi tetap saja, Daniya tak boleh egois
Ia yakin, Bintangnya tengah menjelajahi dunia untuk bersinar
Tiap malam dia hanya berdoa, bahwa Bintang akan baik2 saja
Meski pula, tak jarang dia terbangun karena mimpi buruknya akan Bintang
Lalu dia hanya menitipkan doa pada para malaikat agar selalu menjaga Bintang
Peri-periku, jagalah Bintang
Meski aku tak bisa menyapanya sesering dulu, aku yakin Bintang akan datang
Bintang sedang melukis garis edarnya yang indah
Tanpa aku disisinya seperti dulu,
Tapi Bintang pernah bilang bahwa aku dan Bintang akan bertemu lagi, pasti aku bisa meneminya lagi, “pikir Daniya”
Purnama pertama dia laluinya dengan keyakinan yang sama
Dengan kerapuhan yang sama sekali tak dihadirkannya, meskipun mulai menyebar di nadinya
Tapi dia tetap yakin
“Kak, apa Bintang baik-baik saja”, Tanya Daniya pada kakaknya
“Percayalah, dia baik-baik saja, peri-peri dan malaikat akan menjaganya,seperti engkau menjaga ketulusan kasihmu pada Bintang” sang kakak menjawab
Lalu Daniya tersenyum, terima kasih peri, beri aku kekuatan untuk menjaga ketulusan ini, agar engkau tetap menjaga Bintang lebih dari aku menjaga ketulusanku pada Bintang.
Malam malam berikutnya, Daniya menatap langit, dan hanya bisa menatap Bintang dari kejauhan,
“Bintang, apa kau baik-baik saja, aku sangat merindukanmu, apakah kau juga merindukanku”
Daniya berbisik pada bulan, “Bulan, tolong sampaikan sayangku pada Bintang ya”, begitulah hampir di setiap malam, dia membisikkan kata yang sama pada bulan sebelum akhirnya dia tertidur diantara kelelahan penantian yang selalu tak diakui oleh dirinya sendiri, “aku tidak lelah karena ketulusan dan sayangku memberiku kekuatan, aku yakin Bintang juga seperti itu, aku masih ingat senyum Bintang di malam itu, senyum yang membuatku tak ingin melirik Bintang yang lain, Bintang kejora…”
Purnama kedua,
“Kak, kenapa Bintang tak kunjung datang, aku ingin mengajaknya bermain”
Dengan sabar sang kakak menjawab “ Apa kau sudah menyapanya?”
“Sudah kak, tapi sepertinya Bintang tidak mendengarnya, sedangkan aku sangat merindukannya, tapi Daniya gak boleh egois, bukankah Bintang tengah bersinar, membuat garis edarnya yang indah”
“Sapa Lah dia, pasti dia tersenyum”
“Apa dia akan datang? Mengajakku bermain?”
“Daniyaku, Ketulusanmu begitu kuat sayang, jangan pernah kau ragu itu”
Daniya hanya diam, tersenyum dan menggumam, “Aku tak ingin Bintang marah lagi padaku, aku akan menunggunya datang, aku akan berdoa, dan menjaga semua yang ada diantara aku dan Bintang, seberapa besar ketulusan ini, sebesar itulah keyakinanku akan kedatangan Bintang”.
Begitulah, malam demi malam penantian Daniya pada Bintang, karena hanya pada malam hari dia bisa berjumpa dengan Bintang pastinya.
Disuatu malam, Daniya pun menyapanya, dan Bintang menjawab dengan kerlingannya, kita pasti akan bertemu,
Daniya tersenyum, terima kasih malaikat, peri dan bulan, atas jawaban Bintang.
Ketulusan sayang Daniya, begitu kuat membuat dia tak pernah lelah menjaga semua diantara Daniya dan Bintang.
Purnama ketiga
Masih sama, Daniya tak ingin mengganggu Bintang, dia hanya bisa menatapnya tiap malam,
Dan berdoa bahwa suatu saat Bintang akan datang
Purnama keempat
Daniya bukan angsa yang bisa terbang dengan anggun, bukan pula kunang-kunang yang terbang dengan cahayanya yang indah di malam hari, tapi dia hanya ingin jadi seekor penguin, yang seumur hidupnya hanya akan setia pada satu pasangannya.
Daniya tak sempurna, dia sempat merasa lelah dan putus asa, tetesan2 air mata tiba2 mengiringi di setiap doa yang dia kirimkan untuk Bintang,
“Bintang, apa kau tak merasa ini cukup lama, aku tak sekuat engkau Bintang, datanglah kumohon…”
“Kak, kenapa Bintang perginya lama sekali, apa dia masih seperti dulu, apa kabar dia, bahagiakah dia, apa dia merindukanku, seperti aku merindukannya seperti ini”.
Sang kakak tak bisa lagi menjawab setiap pertanyaan Daniya, dia hanya bisa menatanya dalam hati saja “ Daniya, betapa kuatnya engkau dalam penantianmu, menjaga ketulusanmu menunggu kedatangan Bintangmu lagi”
“Daniya, tak ada yang sia-sia dengan sebuah ketulusan, percayalah, jika kau menjaganya dengan baik, maka kasih sayangmu akan terjaga dengan baik pula”
Purnama kelima,
“ Kakak, Periku dan malaikatku, ijinkan aku terbang menemui Bintangku, meski sayapku rapuh, meski aku bukan malaikat yang bersayap, tapi aku punya ketulusan yang kujaga dengan baik, aku ingin menemui Bintang, jika memang Bintang tak bisa lagi kutemui, ijinkan aku sekali saja, aku sungguh sangat merindukannya, kumohon”.
Daniya pun menyapa Bintang dengan kelelahan yang telah disembunyikan dengan apik, dengan keputusasaan yang selalu dia samarkan dengan hiasan senyuman bunga di wajahnya.
Malaikatpun mengijinkan pertemuan itu.
Bintang dan Daniya, di malam yang begitu singkat,
Senyum Bintang yang dirindukan Daniya datang di malam itu,
“Terima kasih peri, aku ingin malam ini tak berganti pagi, aku mohon, aku ingin melihat Bintang lebih lama, peri kau pasti tahu seberapa besar rinduku pada Bintang, aku tak ingin detik waktu berjalan, untuk malam ini saja, aku ingin bersama bintang lebih lama lagi”
Tapi tak mungkin,
Daniya menatap Bintang begitu dekat tapi begitu singkat.
Daniya pun terduduk lemas, tetesan demi tetesan air mata Daniya tak bisa dibendung lagi setelah Bintang menemuinya.
“Bintang, kenapa engkau berpikir aku telah melupakanmu, bagaimana mungkin ini bisa kulakukan, sementara tiap malam aku hanya bisa berdoa untukmu, dan meminta peri untuk menjagamu, seperti aku memohon malaikat untuk membantuku menjaga ketulusan ini”
“Bintang…… “
satu kalimat yang ingin diucapkan Daniya pada Bintang hanya tertahan sampai di tenggorokan, tergantikan gerakan tangan yang mewakilinya.
“Bintang, masih kah kau akan datang lagi” teriak hati Daniya.
“Peri, bolehkah aku tetap menjaga semua ini, dan menanti kedatangan Bintang lagi”
“Jangan kau paksa aku untuk menerima kedatangan Bintang lain, aku tak bisa, jangan kau paksa aku untuk melupakan semua, aku tak sanggup.”
Daniyapun menutup matanya setelah Bintang pergi dan mataharipun hampir datang, dengan doa dan harapannya “Daniya akan tetap menjaga semua ini, Daniya akan tetap setia dengan semua ini, Daniya akan tetap menanti semua ini, Bintang, Daniya yakin, kau masih Bintangku yang dulu, jika suatu saat Daniya harus memohon, Daniya akan memohon, karena ini semua datangnya dari ketulusan, dengan satu alasan “Daniya ingin Bintang bahagia”, tapi bagaimana jika memang Bintang hanya bisa bersinar lagi jika harus tanpa Daniya disisinya, mampukah Daniya melewati semua ini”, Daniya pun menutup matanya, mata yang sembab antara tangis kebahagiaan bertemu dengan Bintang, dan tangis penyesalan kenapa justru Bintang merasa kecewa dengan semua yang Daniya lakukan demi kebahagiaan Bintang. Sebelum mata itu tertutup ketika lirikan matahari hampir tiba, Daniyapun memohon “ masih kah Daniya punya kesempatan kedua untuk bahagia bersama Bintang, Daniya memohon”
Sang kakakpun menangis, “Daniya, percayalah ketulusanmu tidak akan pernah sia-sia, kesetiaanmu lima purnama ini hanyalah ujian setelah semua kebersamaan yang telah kalian lalui selama ini, jika kalian mampu melewati semua ini, ini adalah awal kebahagiaan kalian.”
Daniya ku sayang, tetaplah tersenyum, kesetianmu ini tak akan sia-sia, apapun yang akan terjadi. kau dan Bintang, kalian sama-sama akan bahagia, tapi semua itu hanya akan terjawab, setelah kalian melewati semua ini.
Tidurlah sayang, tidurlah dengan mimpi yang indah, untuk kehidupanmu esok hari.
Komentar
Posting Komentar